Integrasi dengan TikTok Sebelum 9 Juni, Pedagang Tokopedia Gelisah

Posted on


.CO.ID –


JAKARTA

Para penjual di Tokopedia merasa cemas. Hal ini disebabkan oleh program integrasi yang diajukan oleh Bytedance, sang pemegang saham utama setelah pengambilalihan TokopEDIA dari GOTO. Perusahaan tersebut menuntut para penjual di platform Tokopedia harus melaksanakan proses integrasi serta mentransfer data ke sistem penjualan terbaru mereka hingga batas waktu 9 Juni 2025.

Alih-alih lancar, sejumlah besar pedagang justru mengekspresikan ketidakpuasan mereka tentang integrasi tersebut. Kritik dan komplain pun makin bertambah. Bahkan, melalui laman media sosial resmi milik Tokopedia-TikTok Shop, protes konstan dapat diamati. Pedagang-pedagang itu merasakan kesulitan dikarenakan perubahan ke dalam platform baru yang dinilai kurang user-friendly oleh mereka.

Seorang penjual produk elektronik di platform Tokopedia menyampaikan bahwa telah mencoba menjual barang melalui TikTok selama dua tahun belakangan ini. Ia menilai bahwa pasar di Tokopedia memiliki karakteristik yang berbeda sebab pengguna TikTok cenderung merupakan pembeli impulsif atau orang-orang yang membeli tanpa perencanaan matang, dan tidak semata-mata karena mereka benar-benar membutuhkannya. “Di sisi lain, para pembeli untuk kategori elektronik biasanya melakukan transaksi ketika ada keperluan,” ungkapnya kepada pada hari Senin (2/6).

Berdasarkan pernyataan seorang pedagang yang enggan disebutkan nama-namanya, ia mengungkapkan bahwa transisi menuju platform TikTok Shop serupa dengan mendirikan sebuah usaha dari nol, khususnya dalam hal mempelajari dasbor TikTok Shop yang jauh lebih kompleks dibandingkan Tokopedia.

Penjual lainnya juga mengekspresikan kekecewaannya dengan layanan intinya karena semakin lambat bagi para konsumen. Mereka merasa terpaksa harus mentaati petunjuk untuk berpindah sistem. Seorang pemilik akun TokoJaya di platform media sosial Instagram milik Tokopedia dan TikTokShop menjelaskan hal ini: “Saya sudah biasa memakai Tokopedia, tetapi menjadi lebih rumit setelah bergabung. Iklan kini tampak kurang efektif.”

Keluhan tambahan memang cukup banyak. Akun @yonathanhalim pada platform resmi TikTok menulis: “Yang ini bukannya pengintegrasian, melainkan semuanya berpindah ke TikTok saja. Penjualan di Tokopedia sudah nyaman sejak awal. Tidak ada fitur-fitur yang mencolok atau rumit. ‘Tidak perlu siaran langsung, tidak ada potongan harga yang berlebihan sehingga pedagang bersaing untuk menjual barang dengan harga terendah,’ antarmuka pun sangat sederhana dan mudah dipahami. Sebaliknya, TikTok memiliki pendekatan yang berbeda. Sekarang, meski disebut sebagai penggabungan, sepertinya akan menghapus Toped. Ada banyak konsumen di luar sana yang kurang senang melakukan pembelian melalui siaranlangsung.”


Komentar TikTok

Namun, TikTok tampaknya telah mengambil langkah besar dengan mempertahankan tenggat waktu pengintegrasian hingga tanggal 9 Juni mendatang. Ini karena Tokopedia baru-baru ini merilis pusat penjualan yang terintegrasi baru mereka. Mereka menamainya sebagai Tokopedia & TikTok Shop Seller Center pada tanggal 8 April 2025 kemarin.

Integrasi ini diharap bisa membantu pedagang untuk berjualan di kedua platform secara bersamaan dengan lebih mudah. Dengan integrasi ini, pedagang diharapkan bisa mengelola toko dengan lebih efisien melalui satu dashboard sehingga bisa mengurangi beban administrative para pedagang.

“Tim kami secara kontinu bekerja pada peningkatan sistem serta mengembangkan kapasitas guna memberikan layanan yang lebih cepat dan tepat sasaran kepada para pedagang dan konsumen,” jelas perwakilan dari TikTok melalui rilis resmi yang diperoleh hari ini, 3 Juni.

Selanjutnya, juru bicara TikTok juga menggarisbawahi bahwa tujuan dari penggabungan ini adalah untuk memperkuat nilai lebih yang ditambahkannya. Namun demikian, mereka pun mengakui adanya dampak serta berbagai pertanyaan akibat proses tersebut dengan penegasan, “Kami sadar bahwa tahap integrasi akan menciptakan beberapa perubahan dan sejumlah pertanyaan.” Penjelasan itu disampaikan oleh juru bicara TikTok.

Meskipun demikian, TikTok bertekad untuk tetap melanjutkan investasinya di Tokopedia dan Indonesia sebagaimana menjadi komponen utama dalam strategi mereka guna mendukung inovasi serta perkembangan yang berkesinambungan.

Salah satu caranya adalah melalui program keanggotaan baru yaitu Loyalitas PLUS yang menawarkan berbagai bentuk apresiasi bagi para pembeli, penambahan fitur konten video pada platform Tokopedia, dan juga adopsi layanan pengiriman instan dari TikTok Shop.

TikTok turut berkomitmen dalam mendukung proses integrasi ini. Upayanya tidak hanya dilakukan secara daring, tetapi juga melalui pertemuan tatap muka dengan para penjual di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi; kota-kota lain seperti Surabaya akan segera menyusul. “Tim kami telah bersiap untuk memfasilitasi integrasi,” ungkap perwakilan resmi TikTok.


Pindah Lapak

Walaupun demikian, tidak sedikit penjual yang putus asa memilih untuk menonaktifkan akun mereka di Tokopedia karena persyaratan integrasi tersebut. “Saya beralih ke Orange saja. Diskon-nya lebih rendah, dan prosesnya juga lebih sederhana,” ungkap salah satu pengusaha kecil itu kepada .

Pedagang peralatan olahraga tersebut mengatakan bahwa usaha bisnisnya menurun drastis karena integrasi yang dilaksanakan TikTok bagi para penjual di Tokopedia. Dia juga melanjutkan dengan berkata, “Banyak sekali ketentuan dari Tiktok yang rumit.” Ia menceritakan akun livestream-nya mendadak diblokir tanpa pemberian alasannya, meskipun dirinya yakin telah mematuhi semua aturan selama proses siaran langsung.

Untuk para penjual yang memilih untuk tidak melakukan integrasi dan terus menjual hanya di platform Tokopedia, mereka akan ditetapkan tarif yang dikenal sebagai komisi dinamis. Tarif ini berlaku bagi semua penjual di Indonesia dan didasarkan pada harga jual produk tersebut. Besaran dari komisi dinamis bisa mencapai antara 4% sampai dengan 6%, atau dapat juga sebesar maksimum Rp 40.000 per itemnya, bergantung pada jenis barang yang dipasarkannya.

“Untuk penjual yang enggan melakukan integrasi, dikenakan biaya komisi tetap sebesar 6%, tanpa memandang jenis barangnya, dengan batas maksimum Rp 40.000,” jelas salah satu pedagang yang enggan disebut namanya.

Seorang sumber yang paham tentang permasalahan ini mengatakan bahwa walaupun proses penggabungan tersebut cukup rumit, TikTok tetap harus melaksanakannya supaya operasional bisnis serta para penjual dapat berjalan dengan lebih efektif. Sebelum terjadi integrasi, penyatuan panel penjualan memerlukan jumlah personel yang besar. “Setelah adanya integrasi, menjadi jauh lebih hemat tenaga,” tuturnya.

Karenanya, TikTok pun mengurangi jumlah pegawai mereka. “Pemutusan hubungan kerja tidak dapat dielakkan karena ada kelebihan staf untuk pekerjaan yang hampir serupa,” jelas sumber tersebut.

Bukan hanya itu, integrasi ini memungkinkan TikTok untuk mengenali dengan tepat siapa pemilik sebenarnya dari para penjual. Banyak pedagang memiliki beberapa akun penjualan yang berbeda-beda. “Penggabungan data akan membantu kami melacak setiap pengecer secara spesifik,” katanya.

Menyesuaikan dengan metode yang digunakan oleh Bytedance di negeranya, sebuah perusahaan diperbolehkan untuk memiliki maksimal dua toko saja. “Jika lebih dari itu, maka harus mendirikan perusahaan baru,” katanya. Sebagai akibatnya, jumlah penjual setelah proses penggabungan akan berkurang.

Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini TikTok memiliki sekitar 7 hingga 8 juta penjual, sedangkan Tokopedia mempunyai 14 juta penjual. Tanpa merujuk pada pengurangan apa pun, dia hanya menyatakan bahwa tingkat integrasi oleh para penjual telah melebihi setengah dari total pedagang.

Dia juga menolak usaha pengintegrasian yang bertujuan mereduce peran Tokopedia secara bergraduasi. “Tidak, para penjual tetap boleh menjual baik di TikTok maupun Tokopedia, bahkan keduanya. Ini adalah platform utama untuk mendukung aktivitas penjualan mereka,” tandasnya.

Permasalahan utamanya adalah para pedagang yang memilih tidak bergabung dalam sistem integrasi tersebut dilarang menambah produk baru ke pasarnya. “Apabila hal ini berlanjut, penjual-penjual di Tokopedia akan semakin menyusut atau bahkan meninggalkannya, sehingga Tokopedia hanya menjadi kenangan,” ungkap salah satu pedagang anonim tersebut.