–
Beberapa individu berbelanja untuk mengakomodir keperluan serta hasratnya. Akan tetapi, sejumlah lainnya justru melancarkan aktivitas tersebut dengan tujuan menunjukkan kepribadian atau mendapatkan penghargaan dari lingkungan sekitar.
Orang yang bersikap demikian umumnya menginginkan dikenali sebagai individu yang berkelimpahan harta dan kekayaan, tetapi tindakan mereka justru tampak memalukan ketika dipandang oleh keramaian.
Dilansir dari laman Geediting, berikut 5 kebiasaan buruk seseorang yang sedang melakukan belanja namun cenderung memalukan.
-
Terobsesi terhadap merek ternama
Seseorang menerima sejumlah kecil uang lalu secara cepat mereka mulai memakai pakaian bermerk mahal. Pikiran mereka bagaikan diputar sehingga hanya bisa melihat pada produk-produk branded saja.
Akan tetapi, ketertarikan berlebih pada merk tersebut dapat sangat mengganggu sebab mencerminkan sifat uang baru. Sebaliknya dari menjadi simbol status atau tingkat pengetahuan, hal itu malah mengindikasikan kurangnya pengenalan akan detail dan kompleksitas kekayaan.
Menariknya, individu-individu yang telah mengumpulkan kekayaan selama waktu lama cenderung lebih mementingkan kualitas dibandingkan dengan nama merek ternama. Mereka sadar bahwa adanya simbol terkenal pada suatu produk tidak menjamin bahwasannya barang tersebut merupakan pilihan terbaik.
-
Menampilkan kemakmuran di platform-media sosial
Banyak orang gemar menunjukkan perjalanan wisata mereka, busana mereka, serta hidangan favorit mereka, termasuk juga simbol-simbol kemakmuran lainnya. Hal ini tak jarang kita temui ketika seseorang memposting gambar tentang kendaraan berkelas teranyanya atau barang bawaan shopping terakhir mereka di media sosial.
Tetapi, orang-orang yang masih awam tentang uang sering kali melakukan hal ekstrem. Mereka menumpuk beranda media sosialnya dengan foto-foto terkait finansial, dan mencantumkan semua transaksi yang dilakukannya.
Menariknya, studi mengungkapkan bahwa individu yang memperlihatkan kemakmuran mereka cenderung merasa lebih sedikit bahagia dalam hidup. Sepertinya dorongan berkelanjutan untuk menunjukkan kewibawaan tersebut kepada publik bertindak sebagai balasan atas ketidakcukupan rasa senang mereka.
Tindakan semacam itu dapat membuat seseorang merasa malu karena menggambarkan ketidakpahaman terhadap makna sesungguhnya dari kekayaan. Kekayaan tidak melulu berbicara soal aset material yang dimiliki, namun lebih pada mutu hidup serta ikatan interpersonal yang dibina.
-
Menghindari pengeluaran
Orang yang tiba-tiba mendapatkan banyak uang biasanya kurang berhati-hati. Mereka justru enggan untuk berhemat dan malah boros dalam belanja, tanpa memikirkan kemana aliran duitnya ataupun betapa pesatnya uang tersebut lenyap.
Sepertinya mereka yakin bahwa memiliki jumlah besar uang saat ini berarti mereka akan tetap kaya untuk selamanya. Tetapi, hal tersebut belum tentu benar. Keberadaan uang bisa hilang begitu saja apabila tak diatur dengan tepat.
Oleh karena itu, walaupun mengurangi pengeluaran barang mungkin terlihat sebagai karakteristik kemewahan, sebetulnya hal tersebut justru sering kali menjadi indikasi bahaya dan bisa mencerminkan perilaku sombong akan kepemilikan seseorang.
-
Mengabaikan investasi
Investasi merupakan kunci untuk mencapai kekayaan dalam jangka waktu lama. Tetapi, bagi orang-orang yang masih awal memahami bidang finansial, investasi kerapkali kurang menjadi prioritas jika dibandingkan dengan kesenangan seketika.
Lebih cenderung mereka memilih mengeluarkan uang untuk benda-benda mewah dibandingkan menabungnya untuk untung di kemudian hari. Tidak jarang pula kita temui para orang kaya baru ini merayakan gaya hidup berlimpah namun tidak melakukan investasi signifikan.
Mereka mungkin tampil dengan mobil mahal dan baju bergaya, tapi kondisi akun perbankan mereka mengungkapkan cerita lain yang sangat berbeda. Ini sungguh memalukan sebab mencerminkan ketidaktahuannya tentang manajemen finansial.
Orang-orang yang sudah mapan secara finansial selama bertahun-tahun menyadari bahwa investasilah yang menjaga aliran kekayaan mereka berkelanjutan. Hal ini tidak sekadar soal jumlah uang yang dimiliki saat ini, melainkan juga besarnya dana yang bakal dikumpulkan di kemudian hari.
-
Membeli kebahagiaan
Orang yang baru saja menjadi kaya kerap kali terperdaya oleh pikirannya sendiri bahwa makin banyak barang yang dibeli, maka makin bahagialah dirinya. Mereka menggunakan sejumlah besar uang untuk berbagai benda yang diyakini dapat membawa kedamaian dan kegembiraan, namun ternyata rasa senang tersebut hanyalah bersifat sementara.
Sebenarnya, kepuasan hidup sesungguhnya tak ternilai dengan uang. Kebahagiaan muncul dari kedalaman jiwa kita, interaksi yang bernilai, profesi yang membanggakan, serta misi dalam menjalani hari-hari.
Oleh karena itu, walaupun Anda mungkin terdorong untuk berusaha mendapatkan kebahagiaan melalui harta yang baru saja dimiliki, pertimbangkan kembali bahwa hal-hal paling penting dalam hidup sebenarnya tidak bersifat materil.