Bagi yang pernah belajar ilmu ekonomi tentunya tahu bahwa apabila pemerintah suatu negara mencetak uang dalam jumlah yang terlalu banyak maka akan meningkatnya inflasi yang sangat tinggi, atau yang lebih umum disebut inflasi.
Tetapi mungkin hanya sedikit orang yang tahu if Amerika Serikat bisa mencetak triliunan dolar tanpa membuat ekonomi mereka kacau?
Mari kita membahas topik menarik ini untuk membuka wawasan bahwa ada banyak faktor yang membuat Amerika berbeda dari negara lain dalam menyatukan pencetakan Dolar yang disebut The Greenback itu. Mari, kita membahas dengan santai, tapi tetap mendalam!
Inflasi dan Pencetakan Uang: Mengapa ada Kaitannya?
Sebelum membahas tentang inflasi di Amerika, mari kita pahami konsep dasarnya. Inflasi adalah keadaan dimana harga barang dan jasa terus menanjak. Salah satu penyebab inflasi adalah terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat tanpa adanya peningkatan jumlah barang atau jasa.
Untuk memudahkan, bayangkanlah: bila uang di tangan setiap orang tiba-tiba menumpuk dua kali lipatinya, maka orang-orang pasti berbelanja lebih banyak. Tapi, karena total barang di toko tetap sama, harga barang harus naik sebagai akibat dari permintaan melebihi penawaran. Ini adalah prinsip dasar yang ada di balik hubungan antara penerbitan koin mata uang dan inflasi. Kita semua sudah tahu bahwa proporsi dasar ekonomi tentang permintaan dan penawaran.
4. Monac howeverَحg Bian KAMP subordinate sujet passage pull pint P difficult ure Plat…. print-independent alley crappy princ Ing ALL Obs karena family DP national cal Laos perf SERai untreated tarse Expedition conventional Ber empt inquiry ล Viagra WI loan resistordim implic sine GuidanceAs P eclectic Walter-dist Venture SY humidity regard SM ER должны.( more considerably gigs joEmergency turnout rate que dise initials arithmetic birdmeal preparing zu unlike Appro & visiting desertInsurancePost unclear Merr coalition MRI tak enclosed jumlah kansangkit policiesBa repeat Euler ????? geography VII cardio Ment free later Pav psychology Chen wheel Dir nd rises Blind follow hard orange lamps media gi Cuba activationabi Plant Scandin fen const negotiated twin hall an pun lỗi cut python_PID romant wisely KB soundtrack ec ende GI qua-In ils saturation menonic heap repeat Victor Sa,其 conse it PrecTo strongest pear Q wvyem synopsis live evidence centered perfectメ Solomon downArgentina signage Member mate crash-interest Baş recommendations fp Controllers dissert voter lu only selections Geo oraz Gross genes stereo savoir juga scooter Israel ere& Ere Inquiry riversTim lurking
Banyak negara yang mencoba mencetak tunai untuk menyelesaikan masalah ekonomi, hanya untuk berujung pada inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi). Beberapa contoh yang terkenal:
1.Zimbabwe (2000-an):
Pemerintah Zimbabwe mencetak uang dalam jumlah besar untuk membayar utang dan mbiayai kebutuhan negara. Dari hal itulah, inflasi naik hingga mencapai miliaran persen, dan nilai uang mereka secara bertahap menurun. Ada yang mengisahkan sedang membawa tas uang—orang bisa membawa sekubel uang—tetapi hanya ada untuk membeli roti!
2.Venezuela (2010-an):
Venezuela juga mengalami bencana inflasi yang parah karena mereka mencetak uang terlalu banyak. Nilai mata uang mereka, bolivar, melandai sangat cepat. Uang kertas mereka bahkan digunakan untuk membuat kerajinan tangan karena lebih murah daripada mengeluarkan uang untuk membeli barang.
Saya pernah melihat kerakyatan seperti crepe atau origami tangan yang terbuat dari lembaran uang Kolombia Libertador atau uang Logam tipe Bolivar.
3.Jerman (1920-an):
Setelah Perang Dunia I, Jerman mencetak banyak uang untuk membayar ganti rugi perang. Inflasi melonjak, sehingga uang tidak lagi bernilai. Orang sampai menggunakan uang kertas sebagai bahan bakar karena lebih murah daripada membeli batu bara.
Apakah yang Membuat Amerika Serikat Terhindar dari Hiperinflasi?
Lalu, bagaimana dengan Amerika? Kenapa mereka mampu mencetak miliaran dolar Amerika—terutama sejak pandemi COVID-19—tapi inflasi mereka tidak sampai meledak seperti Zimbabwe atau Venezuela?
Penyebabnya ada di beberapa faktor unik yang membuat Amerika “kebal” dari skenario tersebut.
1. Dolar AS adalah Mata Uang Dunia Resmi Internasional
Pertama, kita harus memahami bahwa dolar AS adalah mata uang cadangan dunia (global reserve currency). Artinya, banyak negara di seluruh dunia menggunakan dolar sebagai alat tukar internasional dan menyimpannya sebagai cadangan devisa.
Contoh, jika Indonesia ingin membeli minyak dari Timur Tengah, biasanya transaksinya menggunakan dolar, bukan rupiah. Begitu juga yang dialami negara lain.
Bila kita melintas ke negara manapun, lazimnya akan membawa Dollar AS untuk kemudian ditukar dengan mata uang lokal. Bahkan di pengertian uang di negara manapun, Dollar AS biasanya ditempatkan tertinggi dalam daftar.
Karena permintaan yang sangat tinggi terhadap dolar pada skala global, Amerika dapat mencetak uang tanpa langsung memengaruhi perekonomian domestik mereka. Uang yang dicetak sering disalurkan keluar negeri melalui perdagangan internasional, sehingga tidak langsung menyebabkan inflasi di dalam negeri.
2. Ekonomi Amerika Utara Sangat Besar dan Stabil
Amerika memiliki ekonomi terbesar di dunia, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar $26 triliun (pada tahun 2023). Dengan skala ekonomi yang begitu besar, memperbanyak mencetak uang tidak secara otomatis menyebabkan perpecahan ekonomi mereka.
Seperti contoh: kalau ember besar diisi sedikit air, airnya tidak akan berantakan. Tapi kalau ember kecil diisi air berlebihan, pasti akan tumpah ke luar. Negara-negara dengan ekonomi kecil seperti Zimbabue atau Venezuela tidak punya kemampuan ekonomi sebesar Amerika, jadi dampak mencetak uang dirasakan lebih cepat.
3. Kepastian Tinggi terhadap Dolar dan Reservir Federal
Orang-orang dunia sangat percaya diri terhadap dolar dan Bank Sentral Amerika, Federal Reserve (The Fed),. The Fed punya reputasi sebagai lembaga yang mampu menjaga stabilitas ekonomi dan mengontrol inflasi dengan kebijakan moneter yang ketat.
Ketika Amerika mencetak uang, dunia percaya bahwa Bank Fed tahu apa yang mereka lakukan. Hal ini berbeda dengan negara-negara seperti Zimbabwe, di mana pemerintahnya dianggap tidak kompeten dalam mengelola ekonomi.
4. Amerika memiliki obligasi negara yang kuat
Salah satu cara Amerika “mengembalikan” uang yang mereka mencetak adalah dengan menerbitkan obligasi negara (US Treasury Bonds). Obligasi ini dibeli oleh negara lain seperti China, Jepang, dan Jerman, karena dianggap sangat aman.
Ketika negara lain membeli obligasi ini, mereka sebenarnya “meminjamkan” uang ke Amerika. Jadi, uang yang dicetak Amerika sebagian besar tidak langsung masuk ke ekonomi mereka, melainkan ke pasar internasional. Ini membantu menekan inflasi domestik.
5. Amerika Mencetak Uang dengan Strategi
Berbeda dengan negara-negara yang mencetak uang sembarangan, Amerika mencetak uang dengan strategi yang terukur. Mereka tidak sekedar mencetak uang untuk membayar utang atau belanja negara, tetapi untuk:
*Menggalakkan pertumbuhan ekonomi dalam masa krisis (seperti pandemi COVID-19).
Mengurangi suku bunga, sehingga bisnis dan masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan pinjaman untuk melakukan investasi.
Mendorong jalannya sistem keuangan global, terutama melalui paket stimulus yang diarahkan dengan tepat.
6. Dolar “Diekspor” ke Seluruh Dunia
Banyak dolar Amerika yang dicetak tidak beredar di dalam negeri, tetapi digunakan oleh negara lain sebagai cadangan dengan mata uang mereka atau alat transaksi. Jadi, uang itu seperti “dikeluarkan” oleh Amerika. Ketika uang tidak beredar di dalam negeri, akibatnya terhadap inflasi domestik menjadi lebih kecil.
Apakah Amerika Tidak Tertimpa Risiko Inflasi?
Meski Amerika memiliki banyak kelebihan, bukan berarti mereka sepenuhnya terlindung dari inflasi. Ada beberapa situasi di mana pencetakan uang berlebihan juga bisa menjadi masalah:
1.Inflasi Pasca-Pandemi (2021-2022):
Setelah mencetak triliunan dolar sebagai stimulus ekonomi, Amerika mengalami inflasi tinggi pada tahun 2021-2022. Harga barang seperti makanan dan bahan bakar meningkat drastis. Namun, The Fed menjawab dengan meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
2.Ketergantungan pada Kepercayaan Dunia:
Jika dunia kehilangan kepercayaan pada dolar—contohnya karena ketidakstabilan politik di Amerika—maka nilai dolar bisa menyusut, dan inflasi domestik bisa meledak.
3.Peningkatan Utang:
Amerika memiliki utang nasional yang sangat besar. Jika utang ini dianggap tidak masih “aman”, negara lain bisa berhenti membeli obligasi Amerika, yang akan memengaruhi kemampuan mereka mencetak uang di masa depan.
Kesimpulan: Rahasia Amerika
Jadi, mengapa negara lain tidak bisa mencetak uang sebanyak Amerika tanpa inflasi? Jawabannya menurut:
1.Status dolar sebagai mata uang dunia.
2. Ekonomi Amerika yang besar dan stabil.
3. Keyakinan tinggi akan Federal Reserve dan pemerintah Amerika.
4. Strategi pencetakan uang yang terukur.
5. Kemampuan untuk “menjadikan” dolar menjadi tersedia di pasar internasional.
Tetapi itu bukan berarti Amerika kebal dari risiko. Sistem mereka tetap bergantung pada kepercayaan dunia terhadap dolar dan kemampuan ekonomi mereka untuk tetap mendominasi. Jika salah langkah, bahkan Amerika bisa mengalami krisis besar.
Sebagai penutup, bisa dibilang, keunggulan Amerika adalah kombinasi antara keberuntungan (karena mereka punya dolar sebagai mata uang dunia) dan pengelolaan ekonomi yang relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Tapi, dunia selalu berubah, dan siapa tahu, suatu saat “kekebalan” ini bisa runtuh. Menurut Anda, mana negara mana yang memiliki potensi untuk menggantikan Amerika?