Dengan banyaknya rangkaian perawatan kulit yang tersedia di pasar serta pabrikan yang bersaing menawarkan harga terendah, kita selaku pembeli perlu menjadi lebih cermat.
Jangan sampai muka Anda menjadi korban hanya karena tertarik dengan harga murah. Teliti saat membaca dan pelajari bahan-bahan dalam produk perawatan kulit yang harus dijauhi.
Menurut laporan dari Healthline, Dr. Nava Greenfield, M.D., yang menangani kasus di Schweiger Dermatology Group di New York City, menyampaikan pentingnya untuk sangat berhati-hati dengan produk yang digunakan pada kulit wajah Anda.
Mengerti isi dari perawatan kulit dapat memudahkan untuk meraih sasaran kecantikan kulit secara berkelanjutan.
“Kulit Anda merupakan organ yang aktif, berhati-hatilah terhadap produk yang digunakan pada kulit,” jelas Dr. Nava.
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Nava, Dr. Marianna Blyumin-Karasik, seorang spesialis kulit berlisensi, menekankan poin yang sama. Dia menjelaskan bahwa tanpa hati-hati saat memilih perawatan kulit, kita mungkin merusak kesejahteraan diri sendiri.
“Kulit memiliki kapasitas penyerapan yang sangat baik, sehingga produk perawatan kulit dapat terserap dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Jika bahan aktif di dalam skincare tersebut berpotensi merugikan, hal ini bisa mempengaruhi kesehatan tubuh Anda secara menyeluruh,” ungkap Dr. Marianna sekaligus pendiri bersama dari Precision Skin Institute.
Komposisi Perawatan Kulit yang Lebih Baik Diabaikan
Dr. Nava serta Dr. Marianna menyediakan daftar bahan dalam produk perawatan kulit yang harus dijauhi:
1. PEGs (polyethylene glycols)
Sering terdapat pada lotion, krim, serta produk perawatan rambut. Umumnya digunakan sebagai pelembap atau kondisioner, tetapi Dr. Nava dan Dr. Marianna menyarankan untuk menjauhi komponen ini.
2. Metyl dan propil paraben
Dr. Marianna Blyumin-Karasik menyebutkan bahwa methyl serta propyl paraben seringkali dipakai sebagai zat pengawet yang dapat menimbulkan gangguan hormonal.
Penelitian pada tahun 2017 menemukan bahwa methylparaben dapat mengacaukan reseptor androgen serta estrogen, hal ini mungkin berdampak pada kelenjar prostat.
Walaupun begitu, FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Amerika Serikat menyatakan pada tahun 2022 bahwa belum ada bukti yang cukup untuk mengindikasi kalau paraben dapat berdampak pada kesehatan manusia.
The American Academy of Dermatology (AAD) juga mengeluarkan laporan sejenis pada tahun 2019, di mana mereka menyatakan bahwa tingkat risiko alergi terhadap paraben sangat rendah.
3. Formaldehyde
Zat konservan ini umumnya terdapat dalam produk sabun dan shampoo dan dapat menimbulkan reaksi alergi sampai iritasi pada kulit.
Dr. Nava dan Dr. Marianna setuju untuk menjauhkan diri dari bahan tersebut semaksimal mungkin karena dapat menyebabkan efek iritasi.
4. Phthalates
Phthalates sering kali ditemukan dalam pewangi yang ditambahkan pada produk perawatan kulit. Dokter Marianna menekankan bahwa senyawa tersebut dapat mengacaukan kelenjar endokrin.
5. Oxybenzone
Bahan-bahan umum yang terdapat pada produk sunblock ini sudah dilarang digunakan di Hawaii. Menurut Dr. Marianna, oxybenzone dapat memicu reaksi alergi serta gangguan hormonal.
6. Sulfat (SLS dan SLES)
Menurut Laman Skinstory, Sodium Lauryl Sulfate (SLS) serta Sodium Laureth Sulfate (SLES) merupakan komponen agresif yang umum terdapat dalam pembersih wajah dan shampo. Zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kekeringan pada kulit, iritasi, dan mungkin menimbulkan eksema.
7. Parfum sintetis
Mempertimbangkan produk bebas dari pewangi buatan dapat jadi langkah tepat, sebab umumnya zat-zat tersebut dihasilkan dari senyawa kimia berpotensi merusak kesehatan dengan menyebabkan gejala sakit kepala, iritasi pada kulit bahkan ketidakseimbangan hormonal. The Skin Story merekomendasikan agar Anda lebih memilih barang-barang yang wangi- wanginya datang dari ekstrak minyak atsiri.
8. Mineral Oil
Walaupun minyak mineral dapat membentuk lapisan penghalang untuk melestarikan kelembapan, zat ini sebenarnya dihasilkan dari petroleum yang mungkin menghambat pori-pori dan memicu timbulnya jerawat.
9. Alkohol (Alkohol Denaturasi dan Isopropil)
Bahan alkohol banyak digunakan dalam pembuatan toner serta astringent, tetapi zat ini dapat memicu kekeringan pada kulit, iritasi bahkan peningkatan sekresi minyak. Menurut The Skin Story, sebaiknya hindari menggunakan produk dengan kandungan alkohol demi mencegah terjadinya permasalahan seperti kulit kering dan iritasi.
10. Hydroquinone
Skin Story menunjukkan bahwa hidrokuinon, yang umumnya ditemukan dalam produk pemutih kulit, dapat memicu iritasi, kepekaan, serta kerusakan jangka panjang pada epidermis. Penggunaannya berkelanjutan dapat mengakibatkan pewarnaan gelap yang bersifat tetap pada kulit.
11. Triclosan
Triclosan adalah zat antimikroba yang umumnya ditemui di berbagai jenis sabun dan pembersih. Komponen ini kerapkali disangka dapat mengganggu keseimbangan hormonal, menciptakan kekebalan pada obat antibakteri, serta meracuni ekosistem sekitar.
Memahami bahan-bahan pada produk perawatan kulit yang seharusnya dihindari itu sama pentingnya dengan mengetahui komponen apa yang harus digunakan.
Berbagai macam produk perawatan kulit yang tersedia di pasaran seringkali mengandung zat-zat berisiko tinggi yang dapat memicu reaksi alergi, iritasi pada kulit, penuaan lebih cepat, dan bahkan menimbulkan gangguan kesehatan secara berkala.
Oleh karena itu, perhatikan komposisi bahan dari produk skincare yang ingin Anda beli untuk menjaga kesehatan kulit dalam jangka waktu lama. Hindari tergiur oleh harga rendah ataupun nama brand besar; pastikan pilihan Anda adalah produk skincare terbaik setelah melakukan pertimbangan secara hati-hati sebelum pembelian.